Selasa, 31 Mei 2011

Strawberry Ice Tea Soda

Ada lagi nih resep Ice Tea buat siang ini :)

Bahan:

Stroberi segar 125 g
Air 500 ml
Sirup stroberi 75 g
Soda merah rasa manis secukupnya
Es batu secukupnya

Cara Membuat:

  1. Rebus air hingga mendidih,  masukkan teh. Diamkan selama 2-5 menit hingga                           cairan berwarna kecokelatan. Angkat, dinginkan. 
  2. Cuci buah stroberi, iris tipis-tipis, sisihkan.
  3. Campur air teh dan sirup stroberi. Aduk hingga tercampur rata.
  4. Tuangkan campuran teh dalam gelas, tambahkan irisan stroberi.
  5. Beri es batu secukupnya, lalu tuangi air soda merah atasnya.
  6. Sajikan.


Untuk 3 Gelas

BLACK ICE TEA SODA

Wah panas banget siang ini ya :( enak nih bikin minuman yang seger2...BLACK ICE TEA SODA...wehhh keren juga aku kasih namanya :) hmmmmm...nikmatnya....

KLIK - DetailBahan: 
500 ml air
1 sendok teh Premium Black Tea
150 gr es batu, kepruk
150 gr susu kental manis
250 ml air soda

Cara membuat: 
1. Rebus air kemudian masukkan teh, diamkan 3 menit, aduk teh dan dinginkan.
2. Masukkan teh dalam gelas, tambahkan air soda, es batu dan susu kental manis.

Untuk 3 gelas

Rupa-Rupa Sajian Teh

Boleh dibilang minuman teh yang berasal dari Cina, kini merupakan minuman 'dunia'. Variasi minuman teh tergantung dari padu padan dengan bahan lainnya. Di antaranya:
Ice/ Hot Lemon Tea: 
Teh rasa jeruk lemon yang segar. Bisa disajikan dingin dalam gelas tinggi atau panas dalam cangkir dengan sepotong/ seiiris jeruk lemon untukgarnish. Pemanis yang dipakai sirup gula atau gula pasir berbutir halus. Hampir sejenis dengan minuman ini adalah teh yang diperkaya daun mint segar hingga teh beraroma daun mint atau teh yang dipadu dengan serai muda yang sedikit dimemarkan. Jika minuman teh diaduk dengan batang serai ini, teh akan beraroma serai yang lembut.
Thai Iced Tea:
 Teh yang diperkaya dengan krim encer atau susu, populer di Thailand. Pemanis yang dipakai adalah sirup gula. Cara menyajikannya: Tuang air teh ke dalam gelas berisi es batu. Lalu tambahkan krim atau susu di atasnya. Jangan diaduk. Namun kalau Anda pergi ke café, bisa saja Anda memperoleh Thai Iced Tea dalam keadaan diblender jadi satu, mirip shake.
Teh Tarik: 
Jenis minuman teh yang populer di Malaysia, adalah teh yang diperkaya dengan susu kental manis. Idenya mengambil minuman teh gaya Inggris. Teh tarik diolah dengan cara khusus. Air teh dan susu kental manis dicampur dengan cara mengocok teh dari gelas satu ke wadah lainnya beberapa kali sehingga air teh dan susu tercampur rata.
Teashake: 
Minuman gaya baru. Minuman teh diperkaya dengan es krim! Cara menyajikannya: Teh dingin disajikan dalam gelas tinggi, beri 1 skop es krim, dan sirup gula yang disajikan terpisah. Air teh dan es krim diaduk sesaat akan direguk!

sumber : http://www.hanyawanita.com

Senin, 30 Mei 2011

Camellia sinensis

Camellia sinensis adalah tanaman teh, spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Tumbuhan ini termasuk genus Camellia (Hanzi tradisional: 茶花; bahasa Tionghoa: 茶花; Pinyin: Cháhuā), suatu genus tumbuhan berbunga dari famili Theaceae. Teh putih, teh hijau,oolong dan teh hitam semuanya didapat dari spesies ini, namun diproses secara berbeda untuk memperoleh tingkat oksidasi yang berbeda. Kukicha (teh ranting) juga dipanen dari Camellia sinensis, namun tidak memakai daun melainkan ranting.



Nama sinensis dalam bahasa Latin berarti Cina. Sedangkan Camellia diambil dari nama Latin Pendeta Georg Kamel, S.J (1661 - 1706), seorang pendeta kelahiran Ceko yang menjadi seorang pakar botani dan misionaris. Meskipun Kamel tidak menemukan maupun menamai tumbuhan ini, Carolus Linnaeus, pencipta sistem taksonomi yang masih dipakai hingga sekarang, memilih namanya sebagai penghargaan atas kontribusi Kamel terhadap sains. Nama lama untuk tumbuhan teh ini termasuk Thea bohea, Thea sinensis, dan Thea viridis.


Camellia sinensis berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun sekarang telah dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Ia memiliki akartunggang yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter 2,5–4 cm dengan 7 hingga 8 petal.


Biji Camellia sinensis serta biji Camellia oleifera dapat di pres untuk mendapatkan minyak teh, suatu bumbu yang agak manis sekaligus minyak masak yang berbeda dari minyak pohon teh, suatu minyak atsiri yang dipakai untuk tujuan kesehatan dan kecantikan dan berasal dari dedaunan tumbuhan yang berbeda.

Daunnya memiliki panjang 4–15 cm dan lebar 2–5 cm. Daun segar mengandung kafein sekitar 4%. Daun muda yang berwarna hijau muda lebih disukai untuk produksi teh; daun-daun itu mempunyai rambut-rambut pendek putih di bagian bawah daun. Daun tua berwarna lebih gelap. Daun dengan umur yang berbeda menghasilkan kualitas teh yang berbeda-beda, karena komposisi kimianya yang berbeda. Biasanya, pucuk dan dua hingga tiga daun pertama dipanen untuk permrosesan. Pemetikan dengan tangan ini diulang setiap dua minggu.

Tanaman teh terutama dibudidayakan di daerah beriklim tropis dan subtropis, di areal dengan curah hujan sedikitnya 50 inci setahun. Namun, ia dibudidayakan secara komersial dari katulistiwa hingga sejauh Cornwall di daratan utama Inggris, banyak teh kualitas tinggi ditanam di ketinggian hingga 1500 meter karena tanaman ini tumbuh lebih lambat dan rasanya yang lebih baik.

Tumbuhan teh akan menjadi pohon jika dibiarkan tumbuh begitu saja, sedangkan tanaman teh budidaya dipangkas agar mudah dipetik.

Teh India
Teh India biasanya diklasifikasikan berdasarkan daerah tumbuhnya; tiga daerah penghasil teh utama di India dalah Darjeeling, Assam dan Nilgiri.

Karena kondisi tumbuh yang bagus Darjeeling dianggap penggemar teh sebagai teh India yang terbaik.

Assam adalah daerah penghasil teh terbesar di India dengan produksi 473.000 ton setiap tahunnya. Assam memiliki 271.768 hektar perkebunan teh dengan 43.293 hektar tanaman yang berproduksi. Teh Assam kaya akan rasa dan sering digunakan sebagai bahan utama campuran teh sarapan pagi.

Teh Nilgiri ditanam di wilayah pegunungan Biru India Selatan. Daerah penghasil ini meliputi 62.039 hektar dan 62.145 hektar kebun teh. Produksi teh tahunan sekitar 120.000 ton.

Teh Cina
Tanaman Teh Cina (kadang-kadang disebut Camellia sinensis var. sinensis) adalah semak berdaun kecil dengan banyak cabang yang mencapai tinggi sekitar 3 meter dan berasal dari Cina tenggara. tanaman teh pertama yang ditemukan, tercatat dan dipakai untuk menghasilkan teh tiga ribu tahun yang lalu, ia menghasilkan beberapa teh yang terpopuler.

Camellia sinensis var. waldenae semula dianggap sebagai spesies yang berbeda, Camellia waldenae oleh S.Y.Hu, tetapi kemudian diidentidikasi sebagai varietas dari Camellia sinensis. Varietas ini umum disebut Camellia Walden. Ia terlihat di puncak gunung Tai Mo Shan dan Tai Tung Shan di Hong Kong. Ia juga tersebar di Provinsi Guangxi, Cina.Penggunaan Pengobatan
Daun teh digunakan dalam pengobatan tradisional Tionghoa serta sistem pengobatan lainnya untuk mengobati asma (berfungsi sebagai pelebar bronkus), angina pektoris, penyakit vaskuler perifer, dan penyakit jantung koroner.
Ekstrak teh telah menjadi perhatian karena diketahui mempunyai aktivitas antibakteri. Pengawetan makanan organik yang diproses serta pengobatan infeksi bakteri yang menetap sedang diselidiki.
Daun teh hijau dan ekstraknya telah ditunjukkan efektif terhadap bakteri yang menyebabkan napas buruk.
Komponen kimia teh yang disebut epikatekin galat di sedang diteliti karena eksprerimen in-vitro menunjukkan bahwa ia dapat membalikkan kekebalan bakteri terhadap antibiotik metisilin pada bakteri seperti Staphylococcus aureus. Dikonfirmasi bahwa jika dikombinasikan meminum bersama ekstrak teh yang mengandung komponen ini akan meningkatkan efektifitas pengobatan dengan metisilin terhadap bakteri yang kebal.

Sumber : wikipedia.org

CITRA TEH INDONESIA DI MATA PARA PEMBELI TEH DUNIA

oleh : Rohayati Suprihatin
Data yang digunakan untuk keperluan analisis citra teh Indonesia bersumber dari data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan seluruh pembeli teh (22 perusahaan) yang tergabung dalam JTBA (Jakarta Tea Buyers' Association). Pemilihan prioritas variabel untuk analisis citra menggunakan metode Eickenrode(Ma'arif dan Tanjung, 2003). Metode pengolahan untuk analisis citra teh Indonesia menggunakan metodesemantic differential (Kotler, 1993) dan Multi Atribut Angka Ideal (Enget et al ., 1994).
Dari hasil pengolahan data, diperoleh prioritas variabel yang digunakan untuk analisis citra yaitu (1) harga pasar dari teh kering; (2) kesesuaian jenis teh dan grade yang ditawarkan dengan permintaan pasar; (3) rasa seduhan teh; (4) appearance atau kenampakan teh kering; (5) aroma seduhan teh; (6) kemudahan dalam penyelesaian klaim; (7) warna seduhan teh; (8) jenis kemasan dan kekuatan kemasan yang digunakan untuk mengekspor teh; dan (9) infused leaf atau kenampakan ampas dari teh yang telah diseduh.
Pada analisis posisi citra teh Indonesia, hanya ditampilkan posisi citra teh hitam (pengolahan orthodox) Indonesia sebagai salah satu jenis teh curah yang paling banyak diproduksi di Indonesia, yang mencapai 66% dari total produksi teh di Indonesia. Jenis produk teh curah lainnya yang diproduksi Indonesia adalah berupa teh hijau (23%) dan teh hitam hasil pengolahan Crushing, Tearing, and Curling (CTC) (11%) (ITC, 2002) .
Hasil analisis citra teh Indonesia disajikan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut diketahui bahwa posisi citra teh Indonesia di mata para pembeli teh dunia menempati posisi terbaik ketiga setelah Sri Lanka pada posisi terbaik pertama, dan India Utara pada posisi terbaik kedua. Kriteria teh Indonesia yang sudah mendekati angka ideal adalah aroma, kemasan dan pelayanan penyelesaian klaim. India Utara dibedakan dengan India Selatan karena karakteristik teh yang di hasilkan di kedua wilayah tersebut sangat berbeda.
Di lain pihak, beberapa kriteria yang berpeluang untuk dapat diperbaiki dalam rangka meningkatkan citra teh Indonesia berturut turut mulai dari prioritas utama adalah (1) kesesuaian jenis dan grade teh yang ditawarkan dengan permintaan pembeli; (2) rasa air seduhan; (3) kenampakan teh kering ( appearance ) ; (4) harga jual; (5) warna air seduhan; (6) aroma air seduhan; (7) pelayanan penyelesaian klaim; (8) kenampakan ampas seduhan ( infused leaf ) dan (9) jenis dan cara pengemasan (Tabel 2)
Pada aspek kesesuaian jenis dan grade teh orthodox, para pembeli yang tergabung dalam JTBA (responden) menilai bahwa jenis dan grade yang ditawarkan oleh Sri lanka melalui Colombo Tea Auction (CTA) dianggap sudah mendekati kondisi ideal. Dalam hal ini sebagian besar teh orthodox yang ditawarkan pihak Sri Lanka merupakan jenis low grown dengan grade-grade tertentu yang disesuaikan dengan analisis kecenderungan (trend ) permintaan pasar. Sebagai gambaran, komposisi produksi teh Sri Lanka pada tahun 2001 (KPB-PTPN, 2001) didominasi oleh teh jenis low grown (52-56%). Selebihnya terdiri dari teh jenis high grown(27-29%) dan medium grown (18-19%) (Tabel 3). Di lain pihak, komposisi produksi teh Indonesia pada tahun 2002, sebagian besar (50%) adalah jenis medium grown tea , selebihnya 30% low grown dan hanya 20% yang termasuk high grown tea
Pada aspek rasa air seduhan, kenampakan teh kering, aroma dan warna air seduhan, para responden menghendaki kriteria ideal seperti yang terdapat pada teh orthodox yang dihasilkan India Utara. Di lain pihak, dalam penyelesaian klaim, para responden menghendaki cara-cara penyelesaian klaim seperti yang telah dilakukan oleh para eksportir asal Cina karena sangat mudah dan cepat.
Dalam rangka meningkatkan citra teh Indonesia diperlukan perbaikan mutu teh Indonesia melalui penyempurnaan proses pengolahannya. Prioritas pertama yang perlu diperbaiki adalah kesesuaian jenis dangrade teh yang diproduksi Indonesia dengan jenis dan grade teh yang diminta pasar. Jenis teh yang dihasilkan (high, medium, dan low grown ) sangat terkait dengan elevasi kebun. Teh high grown hanya dapat dihasilkan oleh kebun-kebun teh yang berada pada elevasi di atas 1.200 m dari permukaan laut (dpl). Untuk teh medium grown dan low grown masing-masing hanya dapat dihasilkan oleh kebun-kebun yang berada pada elevasi 800 – 1200 m dan 500 – 800 m dpl.
Untuk kriteria grade , hasil kesepakatan lima orang pakar pengolahan dan dua orang tea tastermengemukakan bahwa grade yang dihasilkan kebun dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar melalui modifikasi proses pelayuan, penggulungan, penggilingan, sortasi basah, sortasi kering, dan tingkat kehalusan pucuk daun teh segar.
Dalam kaitannya dengan penyesuaian jenis grade , hasil penelitian Bambang et al . (1991) mengemukakan bahwa skema giling orthodox - rotorvane merupakan cara yang dapat ditempuh untuk menghasilkan teh jenissmall grade dalam jumlah yang lebih tinggi. Bambang et al . (1991) telah melakukan percobaan penggunaanrotorvane (RV) dua kali melalui pada skema giling orthodox-rotorvane menggunakan empat kali penggilingan. RV diletakkan sebagai gilingan kedua dan ketiga; kedua dan keempat; serta ketiga dan keempat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan RV selalu meningkatkan jumlah bubuk basah yang dihasilkan, demikian pula jenis mutu utama terutama jenis PF dan D. Walaupun di antara ketiga perlakuan menggunakan RV tidak berbeda nyata, tetapi disarankan penggunaan RV seawal mungkin (RV 2-3) untuk mendapatkan persentase jenis mutu utama yang tinggi. Penilaian organoleptik air seduhan teh tidak menunjukkan perbedaan antara pengolahan kombinasi orthodox-rotorvane dengan orthodox penuh. Akan tetapi teh kering asal pengolahan kombinasi orthodox-rotorvane (RV dua kali lewat) berwarna lebih kemerahan dibandingkan dengan hasil pengolahan orthodox penuh.
Penggunaan RV tiga kali lewat tidak disarankan karena appearance teh kering sangat kemerahan dan komposisi jenis yang dihasilkan kurang mencapai sasaran untuk mendapatkan jenis bubuk halus (small grade) berkualitas baik. Namun demikian, dalam kondisi kapasitas pabrik tak berimbang dengan produksi pucuk yang biasanya terjadi pada musim hujan (dalam keadaan terpaksa), program giling dengan tiga kali RV yang penekanannya diatur dari besar ke makin kecil dapat dilakukan dengan syarat dilengkapi dengan alat pemecah gumpalan bubuk yang efektif. Uji organoleptik teh hitam asal pengolahan RV tiga kali lewat memberikan penilaian bahwa teh sangat kemerahan dan sedikit terasa pahit, warna air seduhan sangat gelap, sedikit mengkilat dan strength yang cukup menonjol.
Tabel 1. Hasil analisis citra teh Indonesia
Kriteria Citra
Bobot
Ideal
Indo
nesia
Sri Lanka
India
Utarab)
India
Selatanb)
Cina
Viet
nam.
Kesesuaian jenis teh & grade
Skor (1): sangat tidak sesuai
skor (5): sangat sesuai dg
kebutuhan
0,1727
5
3
5
4
4
4
3
Harga
Skor (1): sangat murah
Skor (5): sangat mahal
0,1865
3
3
4
5
3
2
3
Appearance
Skor (1): sangat kurang
Skor (5): sangat baik
0,1189
5
3
4
5
3
3
3
Rasa Air Seduhan
Skor (1): sangat kurang
Skor (5): sangat baik
0,1564
5
3
4
5
3
2
2
Warna Air Seduhan
Skor (1): sangat kurang
Skor (5): sangat baik
0,0776
5
3
4
5
3
2
2
Aroma Air Seduhan
Skor (1): sangat kurang
Skor (5): sangat baik
0,1189
5
4
4
5
3
2
2
Infused Leaf
Skor (1): sangat kurang
Skor (5): sangat baik
0,0401
5
3
4
5
3
2
2
Kemasan
Skor (1): sangat kurang
Skor (5): sangat baik
0,0426
5
4
4
4
4
4
3
Penyelesaian klaim
Skor (1): sangat sulit
Skor (5): sangat mudah
0,0864
5
4
4
1
1
5
3
Nilai Sikap Pembeli a)
Semakin mendekati angka (0) semakin baik
1,6
0,6
0,8
1,8
2,0
2,2
Ranking Posisi Citra
Ranking 1 = terbaik
Ranking 6 = terburuk
3
1
2
4
5
6
Keterangan :
a). Dalam hal ini posisi sikap responden terhadap produk teh suatu negara produsen diartikan sama dengan posisi citra pembeli terhadap produk teh tersebut.
b). India Utara dibedakan dengan India Selatan karena menurut para responden
karakteristik teh yang dihasilkan di kedua wilayah tersebut sangat berbeda.
Tabel 2. Nilai sikap terhadap teh curah Indonesia di setiap kriteria
Kriteria
Nilai
Sikap
Prioritas Perbaikan
Kesesuaian Jenis Teh dan Grade
0,35
1
Harga
0,19
4
Kenampakan Teh Kering
0,24
3
Rasa Air Seduhan
0,31
2
Warna Air Seduhan
0,16
5
Aroma Air Seduhan
0,12
6
Ampas Seduhan (Infused leaf)
0,08
8
Kemasan
0,04
9
Penyelesaian klaim
0,09
7
Tabel 3. Komposisi produksi teh Sri Lanka
Jenis Teh
Tahun 2000 (%)
Tahun 2001 (%)
High grown
29,0
26,5
Medium grown
19,1
18,0
Low grown
51,9
55,5
Total
100
100
Sumber : KPB-PTPN I – XIV (2001)
Bambang dan Juhana (1992) juga telah melakukan penelitian pengaruh ukuran mesh ayakan basah dengan program giling kombinasi orthodox-rotorvane satu kali lewat, terhadap persentase dan keseragaman bubuk teh basah serta jumlah teh kering yang dipotong untuk menghasilkan small grade . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lubang basah mesh 7,7,7 merupakan ukuran yang tepat karena alasan-alasan sebagai berikut. (1) Menghasilkan bubuk teh yang paling seragam; dan (2) Persentase bubuk yang dipotong paling kecil, walaupun jumlah bubuk basah yang diperoleh tidak berbeda di antara perlakuan yang dicoba.
Berlainan dengan grade teh yang masih dapat dimodifikasi, maka kriteria jenis teh sangat sulit untuk dimodifikasi karena sangat ditentukan oleh elevasi (ketinggian dari permukaan laut) kebun teh. Oleh karena itu, untuk kriteria jenis teh, para pekebun perlu menyesuaikan jenis teh-nya dengan selera pasar masing-masing negara pengimpor/konsumen teh. Cara lain adalah mencari dan membangun kebun teh yang terletak di elevasi yang sesuai dengan target pasar. Upaya promosi dalam rangka mengubah selera pasar biasanya memerlukan waktu dan biaya yang besar. Demikian pula upaya penyesuaian kondisi agro-klimat dan kondisi tanah akan memerlukan biaya yang sangat mahal.
Hasil tabulasi data dari wawancara dengan para responden yang tergabung dalam JTBA (22 responden) menunjukkan bahwa terdapat pasar yang hanya menghendaki teh jenis low grown yaitu pasar Timur Tengah pada umumnya kecuali Mesir, Pakistan, Afganistan dan Irak. Negara konsumen teh yang menghendaki hanya jenis teh yang termasuk medium grown adalah Federasi Rusia. Selanjutnya, negara-negara konsumen teh yang menghendaki teh yang termasuk jenis high hingga medium grown antara lain adalah Australia, Eropa Barat (khususnya Inggris, Belanda dan Jerman), Eropa Timur, Polandia, Hongaria, Turki, dan Jepang.
Negara-negara konsumen teh yang menghendaki teh jenis medium hingga low grown antara lain Pakistan, Irak, Afganistan, Mesir, Singapura dan Malaysia. Di lain pihak, negara-negara konsumen teh yang dapat menerima seluruh jenis teh ( low, medium, dan high grown ) antara lain adalah pasar Amerika secara keseluruhan (Amerika Serikat, Kanada, Amerika Tengah dan Amerika Selatan). Hal ini berkaitan dengan adanya keragaman budaya, ras dan etnik di benua Amerika.
Untuk memudahkan mengidentifikasi pasar berdasarkan selera jenis dan grade teh, maka telah disusun pengelompokkan pasar berdasarkan jenis dan grade teh yang disajikan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 terlihat bahwa pasar teh di dunia dapat dikelompokkan menjadi 11 kelompok yaitu: (1) pasar yang menghendaki teh jenis low grown dengan kombinasi seimbang antara leafy dan broken grade yaitu Timur Tengah (diluar Mesir, Pakistan, Afganistan dan Irak); (2) pasar yang menghendaki jenis low grown dengan dominasi leafy grade(lebih dari 65% kebutuhan) yaitu pasar Iran; (3) pasar yang menghendaki jenis teh medium grown dengan dominasi broken grade yaitu Federasi Rusia; (4) pasar yang menghendaki jenis teh low hingga medium growndengan dominasi small grade antara lain Singapura, Malaysia, dan Mesir; (5) pasar yang menghendaki jenis teh low hingga medium grown dengan dominasi broken grade yaitu pasar Irak; (6) pasar yang menghendaki jenis teh low hingga medium grown dengan kombinasi seimbang antara small dan broken grade antara lain Pakistan dan Afganistan; (7) pasar yang menghendaki jenis teh high hingga medium grown dengan dominasismall grade , antara lain Polandia dan Hongaria; (8) pasar yang menghendaki jenis teh high hingga medium grown dengan dominasi broken grade , antara lain Jepang, Turki dan Eropa Timur pada umumnya; (9) pasar yang menghendaki jenis teh high hingga medium grown dengan kombinasi seimbang antara small dan broken grade , antara lain Eropa Barat pada umumnya (khususnya Inggris, Belanda, Jerman), dan Australia; (10) pasar yang menghendaki semua jenis teh ( low, medium, high grown ) dengan dominasi small grade , antara lain Amerika Serikat dan Kanada; (11) pasar yang menghendaki semua jenis teh ( low, medium, high grown) dengan komposisi seimbang antara small dan broken grade yaitu Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Tabel 4. Hasil pengelompokan pasar teh dunia atas dasar jenis teh dan grade yang dibutuhkan.
Jenis/Grade
Small
Broken
Small dan
Broken
Leafy
Leafy dan
Broken
High – Medium – Low Grown
Amerika Serikat,
Kanada
-
Amerika Tengah dan Selatan
-
-
High – Medium Grown
Polandia,
Hongaria
Jepang, Turki,
Eropa Timur
Eropa Barat (Inggris, Belanda, Jerman), Australia
-
-
Medium Grown
-
Rusia (Federasi Rusia)
-
-
-
Medium – Low Grown
Singapura,
Malysia,
Mesir
Irak
Pakistan,
Afganistan
-
-
Low Grown
-
-
-
Iran
Timur Tengah (umum)